Entri Writchal #1
Tema: Writchal #1 – Droplets of Time
Langit sedang mendung, seperti cuaca di Bandung belakangan ini. Anda sedang berdiri di persimpangan jalan, menunggu lampu pejalan kaki berubah hijau. Sembari menunggu, anda teringat waktu pertama kali menyeberangi persimpangan jalan ini. Hujan pun mulai turun rintik-rintik. Ketika tetesan air hujan menyentuh anda, anda tiba-tiba kembali ke waktu anda pertama kali menyeberangi persimpangan jalan ini.
Hujan berhenti mengikuti pergeseran masa. Jika ia turun lagi, itulah waktunya anda kembali ke masa depan. Hingga saat itu tiba, tak ada yang bisa Anda lakukan selain membiarkan hidup anda berjalan sebagaimana mestinya, sama seperti di kali-kali sebelumnya. Sungguh, yang paling perih dari mengulang potongan masa lalu bukan kenangan pahitnya, tapi ketidakberdayaan untuk mengubahnya.
Anda telah berulang kali mencoba. Anda telah berulang kali mengajak gadis anda untuk meninggalkan persimpangan itu dan berbalik pulang. Seringkali anda gagal, kadang anda berhasil, tapi gadis itu selalu kembali ke sini. Sebegitu inginnya ia melihat orang kulit putih yang berdansa-dansi untuk melupakan kenyataan bahwa mereka dibuang di sini. Berulang kali mereka membukakan pintu mereka untuk si dara pribumi tanpa nama yang entah bagaimana caranya bisa berhias renda-renda Eropa. Berulang kali pula anda terjebak jauh dari huru-hara. Tragedi terjadi jauh dari jangkauan anda. Puluhan manusia yang lebih rendah daripada satwa meregang nyawa, dimangsa oleh perempuan yang tadinya mereka undang sebagai pemancing tawa dan pemuas dahaga.
Tentu saja pengisap darah harfiah selalu lebih unggul dibanding yang metafora.
Berulang kali Anda menyaksikan berbagai runtutan kejadian yang berujung pada malapetaka yang sama. Dengan tangan anda sendiri, anda berulang kali mengambil kembali anugerah yang dulu anda beri. Dengan mata kepala anda sendiri, anda menyaksikan gadis anda tercerai-berai berulang kali.
Ketika anda keluar dari tempat semua itu terjadi, hujan kembali turun. Saat anda tiba di persimpangan jalan, anda kembali ke masa depan.
Anda pun berpikir untuk kesekian kalinya, betapa mudahnya ini semua jika anda bisa mengatur ke mana hujan waktu mengirim anda. Anda bisa kembali ke waktu sebelum anda dan gadis anda pergi ke persimpangan jalan. Anda bisa kembali ke waktu sebelum gadis anda memohon anda memberikan anugerah. Selambat-lambatnya anda bisa kembali ke waktu sebelum anda mengoyak hukum semesta dan menciptakan hujan waktu yang membuat anda mengulang derita yang sama.
Untuk kesekian kalinya pula anda tersadar, meskipun anda bisa kembali ke waktu-waktu itu, anda tak bisa mengubah apa-apa.
Kini anda sudah terlalu tua. Mudah-mudahan waktu ketika luka hati anda melampaui kemampuan anugerah anda untuk memperbaiki segera tiba.
Penulis: Riesling