Entri Writchal #4
Tema: Tragic love
Mungkin sudah sangat lama aku ingin mengatakan ini tapi biarlah, waktuku sudah tidak banyak lagi,dan pada akhirnya engkau sendiri yang menyadarinya, ini bukanlah perkara mudah mengatakannya kepada teman masa kecil ku.
Keyakinan bahwa, alam sesudah kematian merupakan awal dari kebahagiaan yang abadi selalu ditanamkan oleh lingkunganku sejak kecil, anak anak disekitarku juga demikian, tidak ada yang salah dengan hal ini. Bahkan menurutku ada sisi positifnya, kita yang terlalu sibuk mengejar suatu urusan kehidupan dunia bisa saja lupa dengan balasan untuk perbuatan kita di dunia, Entah engkau akan terenkarnasi menjadi nasi putih gagal panen yang langsung dibuang. Atau mungkin seorang anak pejabat kaya raya.
“Triiiiingg……triiiiiinggg….”
“Marsintoh kelas 1-2, mulai hari ini saya akan bekerja, maksud saya belajar di kelas ini, mohon bantuannya”
Kalimat yang aku ucapkan di hari pertamaku sekolah sangatlah buruk,huhuhu aku sampai ingin menangis, disaat yang sama ada sesorang yang tidak terduga memanggil namaku.
“Umm… Ntoh. Apakah kau masih ingat aku?”
“Sebentar…. “
Kalau aku bilang ini kebetulan, pasti indeks keberuntunganku berada diatas 83%, untuk sekali roll, Sutejo. Teman masa kecil yang istimewa, mungkin dalam hidupku aku belum pernah menemukan orang se-Menarik dia, Sebuah kejutan ia masih mengingatku padahal aku sudah pergi dari kota ini selama 5 tahun.
“Mana mungkin aku lupa! Hibinyan sudah besar rupanya,… waktunya menggelitik…”
Hari pertama yang luar biasa, seperti biasa keadaan kelas setelah bel pulang berbunyi sangatlah ricuh, disaat yang seperti itu aku langsung pergi ke bangku Sutejo. Dalam beberapa jam saja rasa yang tidak biasa ini kembali, tanpa kusadari, aku pun menyukainya
Sebentar mengapa tiba-tiba semua terlihat gelap, pandanganku kabur, kepalaku terasa sakit sekali—–
“Brag…”
“Bagaimana dok, keadaannya?
“Kalau bergini terus ini akan jadi masalah yang besar—“
Diriku terbangun di sebuah ruangan rumah sakit, kupikir saat itu aku mati, ternyata tidak, sulit dipercaya kedatanganku ke kota ini mendatangkan penyakit yang kukira sudah sembuh sedari 5 tahun lalu, Tumor Otak Stadium 4, mungkin sulit untuk percaya anak berumur 16 tahun terkena penyakit mengerikan ini.
“Tetaplah kuat, Ntoh!!”
Suara seseorang yang memanggil dari balik jendela perawatan, aku tau kau disana tapi rasanya sangat sulit untuk membalas dukungan itu, karena keadaan ini, dan hanya dengan senyum sambil menahan rasa sakit ini saja ku balas dukungan mu, Sutejo.
“iya, aku akan berjuang lebih keras lagi”
Kucoba jawab dengan suara lemah, tanpa ku sadari airmata mulai menetes
Sebenarnya aku senang, sangat senang, bahkan bisa dibilang ini kesenangan di momen ini lah aku merasa sebagai orang paling Bahagia di dunia karena masih ada orang yang menyayangiku setelah kedua orang tuaku pergi entah kemana. Setelah itu Sutejo pun diperbolehkan menghampiri tempat tidurku oleh dokter,
Sutejo sudah menungguku, sambil menangis dan memegang selembar kertas yang tidak bisa kubaca dari kejauhan. Dia memelukku dengan erat, airmatanya keluar,membasahi pundak seorang wanita 158 cm. aku sudah tau hal ini akan terjadi suatu saat nanti, Kesedihan akan kepergian diriku
“1 hari tersisa, ini bukan main main, Ntoh, aku ingin mewujudkan kebahagiaanmu, berhenti bersenda gurau, untuk menutupi kesedihanmu.”
Aku tahu menutupi hal ini darinya merupakan hal yang buruk, tapi aku tidak ingin dia bersedih, namun pada akhirnya aku membuatnya bersedih, sungguha aku tidak pandai berbohong
Sebenarnya ada jalan lain untuk menundanya, yaitu dengan operasi, tapi itu memakan cukup biaya, dan dokter menyarankanku untuk melakukannya malam ini, Sutejo langsung menyetujuinya.
Aku sadar kesempatan hidupku hanya tergantung pada keajaiban, operasi ini sebenarnya sia sia, sebelum, aku dibius, dan mungkin kesempatan sadarku untuk terakhir kalinya, aku menatap jendela luar aku bisa melihat dia disana,
“Aku mencintaimu.. untuk hari ini, sampai hari terakhirku.. Meski begitu, apakah aku yg mengatakannya di akhir..?”
“Aku hanya berharap kebahagiaanmu di masa depan.”
“Aku harap kita bisa bertemu di reinkarnasi selanjutnya”
“Selamat tinggal…”
Jadinya mati ya gaes ya
Penulis: Kiped