Entri Writchal #2
Tema: Maid
automaton maid
Hari pagi, seperti biasa aku dibangunkan oleh ~bidadari~ eh seorang pelayan.
Dia membangunkanku dengan ekspresi sangat datar dan dengan gerakan yang sedikit kaku.
Dia berpakaian rapi dan wangi dengan pakaian pelayannya.
Dia menyiapkanku sarapan selagi aku mandi dan mengganti pakaian seragam akademi.
Sarapan pagi ini sangat enak meskipun tiap pagi sama terus.
Dia melambaikan tangan saat aku berangkat sambil bilang “hati-hati di jalan”.
Aku tinggal hanya bersama pelayanku karena orang tuaku sedang bekerja jauh.
Sepanjang perjalanan akademi, Aku jadi teringat pertama kali saat aku bertemu dengannya. Dia menyambutku begitu canggung dan kaku seperti orang baru kenal.
Saat aku pulang, dia sedang maintenance mandiri, kulihat badan telanjangnya pun seperti boneka, sendi sambungannya pun terlihat jelas.
Aku langsung menutup pintunya dan wajahku kemerahan, padahal aku sadar dia tidak hidup.
Sesudah mengenakan pakaian, dia langsung menyambutku tanpa tahu saya tidak sengaja mengintipnya.
Sore harinya, aku menemani sambil bergandengan tangan dengan dia ke pasar untuk menyiapkan makan malam.
padahal hanya automaton, tapi mengapa aku tersipu malu (diperparah dengan dilihati banyak orang).
Saya masih bingung sampai sekarang, mengapa dia bisa membeli barang, meski hanya bicara “satu tomat, satu timun, etc.” dan memberikan uang sangat pas
Dia memasak makan malam untuk saya. Sangat enak meskipun kurang bervariasi setiap malamnya.
Dia menemaniku mengerjakan PR meskipun dia tidak banyak membantu mengerjakan pr.
Tatapan tajam dan kaku terlihat menegangkan sampai saya menyuruhnya untuk memperbaiki raut mukanya.
Dia tidak seperti pelayan biasanya, bahkan seperti manusia/orang pun tidak.
Dia mungkin dirancang hanya untuk melayani tuannya.
mau hidup ataupun tidak, saya tetap memandang sebagai “teman”
Kali ini dia ingin menemaniku tidur.
Tetapi entah kenapa dia ingin tidur bareng (cuddling ya) denganku.
Aku cukup bilang temani aku saja di samping tempat tidur.
Dia langsung “deep sleep mode” dalam keadaan berdiri.
Sembari memejamkan mata ku berandai dia itu manusia dengan kesadaran, atau setidaknya dia punya kesadaran meski hanyalah automaton.
Mungkin aku akan benar benar jatuh cinta padanya dan menjadikan pasangan hidup.
Pagi hari menyinsing, kali ini dia membangunkanku dengan penuh ekspresi dan senyuman.
apakah itu pertanda?
Penulis: kittyloaf